Posted by : paud istiqomah sambas Purbalingga Thursday 25 April 2019

Memasuki akhir tahun pelajaran, PAUD Istiqomah Sambas melaksanakan kegiatan penunjang tema yang terakhir yaitu Radio. Sekilas informasi seputar radio yang sampai saat ini masih eksis mengudara dan masih memiliki tempat dihati para penggemarnya. 


Era internet membawa dampak buruk bagi media-media konvensional.
Kehadiran media online (situs berita) dan media sosial menyebabkan media-media cetak kehilangan pembaca.
Memasuki akhir tahun pelajaran, PAUD Istiqomah Sambas melaksanakan kegiatan penunjang tema yang terakhir yaitu Radio. Sekilas informasi seputar radio yang sampai saat ini masih eksis mengudara dan masih memiliki tempat dihati para penggemarnya. 
Radio termasuk yang terdampak perkembangan media online. Jumlah pendengar menurun.
Namun, radio tetap bertahan. Salah satu kekuatan radio adalah untuk mendengarkan radio pendengar tidak memerlukan energi khusus.
Radio bisa didengarkan di mana saja, kapan saja, bahkan melalui gadget.
Pendengar radio tidak perlu dengan membaca atau menulis. Cukup dengan mendengarkan. Itu pun tak perlu sambil duduk di depan radio.  Mendengarkan radio bisa dilakukan sambil mencuci piring, menyapu, menyeterika, mengemudi mobil, atau sambil mengetik dan ngeblog.
Data lembaga survey A.C.Nielsen menyebutkan, radio masih jaya di udara. Pengenar radio masih banyak.
Alasan terbesar orang mendengarkan radio sampai sekarang adalah karena radio dapat menjadi teman dan sahabat di mana pun dan kapan pun diperlukan.
Radio memiliki basis pendengar dengan karakteristik yang lebih spesifik. Suara merdu dari sang penyiar mampu menarik telinga para pendengarnya untuk tetap setia.
Dilansir kompas.com (11/12/2017), Executive Director Media Nielsen Indonesia, Hellen Katherina, menyebutkan dalam survei terakhirnya tentang radio di Indonesia, didapati alasan utama mengapa orang masih mendengarkan radio.
Jumlah pendengar radio berdasarkan data survei Nielsen kuartal III 2017 adalah 62,3 juta orang yang tersebar di seluruh Indonesia.
Alasan paling tinggi pertama mendengarkan radio adalah supaya tidak kesepian.
Hellen menjelaskan, pendengar setia radio menilai radio sama seperti teman dekat.
Anak muda usia 35 tahun ke bawah mendengarkan radio tidak lagi dengan pesawat radio, tetapi melalui radio tuner di handphone.
Mendengarkan radio di HP dengan menggunakan headset menjadikan radio lebih personal lagi, seakan-akan kita mendengar teman baik kita lagi ngobrol sama kita.
Dari data Nielsen, rata-rata pendengar radio di Indonesia mendengarkan radio selama 2,5 jam per hari.
Pendengar radio saat ini didominasi oleh anak muda sebanyak 56 persen. Sebanyak 44 persen lainnya merupakan orang dewasa, dengan karakteristik rata-rata pendengar sebagai generasi yang memiliki minat pada musik, olahraga, kuliner, serta pecinta kopi.
Dari total jumlah pendengar radio di Indonesia, 41,9 juta terpusat di Pulau Jawa. Zona terbesar pendengar radio di dalam Pulau Jawa ada di DKI Jakarta dengan total 9 juta orang pendengar.
Survey Nielsen Radio Audience Measurement pada kuartal ketiga 2016 menemukan, 57 persen total pendengar radio berasal dari Generasi Z dan Millenials.
Sebanyak 4 dari 10 orang pendengar radio mendengarkan radio melalui perangkat yang lebih personal, yaitu mobile phone.
Angka penetrasi mingguan tersebut menunjukkan radio masih didengarkan oleh sekitar 20 juta orang konsumen di Indonesia.
Kekuatan radio berdasarkan survey Neilsen Indonesia adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan pendengar dan kemampuan ini tidak dimiliki music player lainnya.
Sumber : www.romeltea.com
Senada dengan artikel di atas, tampaknya radio juga memliki tempat di hati anak-anak. Tampak antusias dan ekspresi keceriaan dari peserta didik selama mengikuti kegiatan. 





Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Paud Istiqomah Sambas - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -